Drs. H. DEDENG ROSYIDIN
Al-Qur’an sebagai kalamullah memiliki berbagai macam rahasia serta keistimewaan baik dalam bahasanya maupun dari segi isi kandungannya
yang tidak terdapat dalam kitab suci agama lain. Demikian juga dalam
hal ihwal pendidikan dan pembelajaran, Al-Qur’an banyak menginformasikan
tentang konsep, model dan juga manhaj pendidikan. Di antaranya terdapat tiga macam rumpun model pembelajaran dalam Al-Qur’an, hal ini diisyaratkan oleh ayat dalam surat Ali Imran , ayat 164
لَقَدْ
مَنَّ اللّهُ عَلَى الْمُؤمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْ
أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ
الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُّبِينٍ
”Sungguh
Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika
Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka
sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan
(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan
sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar
dalam kesesatan yang nyata.”
Muhammad Rasulullah Saw yang merupakan Minnah bagi orang mukmin itu, melaksanakan 3 tugas dari Allah !). تلاوة الآيات /tilawah al-ayat = membacakan al-Kitab, 2) تزكية / tazkiyah = membersihkan, 3) تعليم الكتاب /ta’lim al-kitab = mengajarkan al-Kitab تعليم الحكمة / ta’lim al-hikmah = mengajarkan hikmat.
a. Tilawah al-Aayat
Al-Raghib ( tt:71 ) menjelaskan, تلاوة / tilawah . secara bahasa artinya تبع – متابعة / tabi’a – mutaba’ah = mengikuti.
Bisa dengan cara mengikuti badannya / orang, mengikuti hukumnya , dan
mengikuti bacaannya dengan memperhatikan, mengkaji isi yang terkandung
di dalamnya.
Selanjutnya Al-Raghib mengemukakan, Tilawah itu khusus
dalam mengikuti kitab – kitab Allah, kadang dengan mengikuti bacaannya
(dengan memperhatikan isinya) dan kadang dengan mengikuti perintah,
larangan, rangsangan, ancaman atau sesuatu yang dibayangkannya.
Selanjutnya Al-Raghib pula menyebutkan, bahwa Tilawah lebih khusus dari
Qiraah, setiap tilawah adalah qiraah, dan tidah setiap qiraah adalah tilawah.
Sementara قراءة /qiraah yang berasal dari kata قرأ / qaraa ,menurut Al-Raghib ( tt: 413 –414) dalam pandangan ahli bahasa artinya = mengumpulkan ( قرأ = جمع / jama’a ). Maka القراءة /
al-qiraah, artinya menggabungkan huruf-huruf dan kalimat-kalimat antara
yang satu dengan yang lainnya dalam bacaan dengan tartiil. Dan ترتيل / tartiil, dijelaskan oleh Munawwir ( 1984 : 507) membaca dengan pelan-pelan dengan memperhatikan tajwidnya.
Dan kata فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرَآنَهُ dalam surat al-Qiyamat : 18 ditafsirkan oleh Ibnu Abbas dalam Al-Raghib dengan ‘jika kami telah mengumpulkannnya dan menetapkan dalam hatimu maka lakukanlah’. Al-Kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad disebut al-Qur’an, karena kitab Ini mengumpulkan isi kitab-kitab sebelumnya, bahkan pula mengumpulkan butir-butir semua ilmu-ilmu,
Dengan demikian maka tugas Rasul pada yang pertama ini adalah,
1) Membacakan
ayat-ayat Alquran kepada shahabat / manusia dengan mengkaji, menggali
dan mengungkap makna yang terkandung didalamnya, sementara para shahabat
mengikuti bacaan Rasul dengan memperhatikan arti dan makna yang ada di
dalamnya.
2) Mengikuti isi dan hukum yang terkandung di dalamnya, serta melahirkannya dalam perbuatan
3) Dengan
mengikuti bacaan dan mengkaji serta memahami apa yang terkandung di
dalamnya, sehingga dapat melahirkan tauhid, yaitu mengesakan Allah.
Dengan memperhatikan makna –makna di atas, maka selain untuk mencerdaskan manusia, juga terutama Rasul bertugas untuk menjadikan manusia beriman / bertauhid, berakhlak mulia.
b. At-Tazkiyah
Kata tazkiyah dari kata زكا /zakaa artinya = نما - نموّاً/ namaa – numuwwan, artinya tumbuh, berkembang. Al-Raghib ( tt: 218 ) menjelaskan, kata زكا - زكاة / zakaa – zakaatan arti asalnya adalah tumbuh berkembang hasil dari barakah Allah yang termasuk di dalamnya urusan dunia dan urusan akherat. Maka kata at-tazkiyah adalah at-tanmiyah bil khaeraat wal barakaat artinya tumbuh ke arah yang baik dan penuh berkah baik dunia atau akherat. Yang selanjutnya kata tazkiyyah itu diartikan, membersihkan, meluruskan, memperbaiki. Al-Maraghi (II:123) mengartikan kata tazkiyah dengan تطهير / tathhir mengsucikan, membersihkan. Dan menurut Al-Maraghi yang dibersihkan itu: Aqidah yang kotor, dan akhlaq yang tidak baik, dan Ibnu Al-Jauzi ( I: 146) menambahkan, membersihkan harta. Dengan demikian yang ditazkiyyah oleh Rasulullah saw meliputi kepada : Aqidah, Akhlaq dan Harta.
Dengan penjelasan di atas, maka tugas Rasulullah saw pada bagian ke dua yaitu Tazkiyah, yang meliputi pada, pembersihan Aqidah yang kotor / tazkiyah I’tiqad, pembersihan prilaku yang tidak terpuji / tazkiyah akhlaq, dan pembersihan dalam cara memperoleh harta, juga cara menggunakannya / tazkiyah al-Maal. Tujuannya menjadikan manusia Azkiyaa manusia yang bermoral bersih baik dengan Allah, dengan dirinya dan dengan orang lain. ( Ibnu Jauzi: I, 146). Dan dengan tugas ini lebih jauh akan melahirkan: 1) masyarakat
yang hidup mempunyai aturan-aturan, 2) kehidupan yang berjalan di atas
hukum, 3) dan kehidupan berpolitik, 4) secara tidak langsung akan
melahirkan pemerintahan yang kuat bahkan lebih kuat dari Persia dan Romawi yang saat itu merupakan negara adikusa yang besar. ( Mahmud Hijazi : I, 304)
Tazkiyah merupakan tugas Rasululah saw yang ke dua setelah Tilaawah, ini memberi arti setelah manusia mengerti dan bertauhid dengan tilawah, selanjutnya manusia itu dibersihkan aqidahnya, akhlaq dan kasabnya melalui tazkiyah, sehingga menjadi manusia yang pandai, mengerti, beriman, berprilaku yang baik atas dasar ilmu , pengertian dan kesadaran sendiri.
c. Ta’lim al-Kitab dan al-hikmah
Al-Raghib ( tt:356 ) menyebutkan arti ta’lim, yaitu pemberitahuan yang dilakukan berulang-ulang dan sering sehingga berbekas pada diri muta’allim / anak didik. Dan ta’lim adalah menggugah untuk mempersepsikan makna dalam pikiran :
Tujuan
Ta’lim al-Kitab yang dilakukan Rasulullah menurut Al-Maraghi (II:124)
1) mendorong untuk belajar / mengajar tulis baca, 2) menyebarkan cinta
tulis baca dalam kehidupan di antara manusia, 3) mengetahui hakikat arti
dan isi syareat / mengetahui dasar hukum.
Sementara
itu Mahmud Hijazi ( I, 304) menyebutkan hasil yang akan diperoleh dari
tugas Rasulullah saw yang ini, yaitu : 1) akan tumbuh berkembang
munculnya para penulis / الكتَّاب, 2) Akan lahir para para ulama, para sarjana yang pandai / العلماء , 3) Akan bermunculan orang yang arif, orang yang bijak / الحكماء , 4) akan lahir para pemimpin yang pandai dan bijaksana / القادة فى العلوم و المعارف
Dengan
demikian pada tugas Rasululah saw yang ke tiga, mengandung nilai
pengembangan, penambahan ilmu dan wawasan, mengetahui dasar-dasar
pengambilan ilmu, sehingga tidak cukup menciptakan manusia yang
bertauhid (tugas tilawah), manusia yang bersih keyakinan, akhlaq dan
hartanya (tugas tazkiyah). Tapi juga menciptakan manusia yang berbuat
atas dasar ilmu pengetahuan, beramal atas sumber yang jelas, tidak
taqlid buta ( tugas ta’lim al-Kitab).
Kata الحكمة / al-hikmah diambil dari kata حكم / hakama, artinya menghalangi sesuatu untuk kemaslahatan. Dan hikmah disebut hikmah karena hikmah itu menghalangi dari kebodohan . ( Al-Raghib: 126 ).
Banyak pengertian hikmah yang dikemukakan oleh para mufassir, antara lain :
Ibnu Al-Jauzi ( VI: 318) menyebutkan hikmah adalah الفهم و العقل pemahaman dan kepandaian. Al-Maraghi ( VII : 83 ) menyebutkan العقل و الفطنة kepandaian
dan kecerdasan. Shawi ( III : 313 ) mengatakan hikmah itu , ilmu, amal,
ma’rifah, amanah, cahaya dalam hati yang dapat mengetahui sesuatu
seperti dapat mengetahui dengan penglihatan. Dan Al-Raghib (tt: 126) mengungkapkan hikmah itu, mendapatkan kebenaran berdasarkan ilmu dan akal إصابة الحقّ بالعلم و العقل Sementara Al-Thabari ( III : 163 ) menafsirkan hikmah dalam ayat ini adalah السنّة
Untuk itu tugas Rasulullah dalam ta’lim al-hikmah akan menghasilkan 1) manusia yang tahu, mengerti akan sunnah
yang merupakan penguat terhadap kebenaran Alquran, penjelasan terhadap
Alquran yang bersifat umum, 2) membuka mata kepandaian dan perasaan
manusia, 3) menjadikan manusia faqih yang berfikir tidak hanya dari Nash
yang dhahir tapi juga dari yang bathin yang tersirat di dalamnya, 4)
mengetahui rahasia-rahasia yang terkandung dalam Alquran dan sunnah
Rasul, 5) mendorong manusia untuk melahirkan ilmu pengetahuannya dalam
bentuk amal perbuatan yang ditujuan untuk beribadah kepada Allah swt. (
Al-Maraghi : II, 124 ).
Ayat di atas Ali Imran 164 adalah ayat yang memuat manhaj pendidikan Alquran. Para pakar pendidik Muslim menjadikan ayat di atas sebagai konsep, sistem dan manhaj / metoda pendidikan Islam. Para pakar itu seperti Arsan Al-Kaelani, Abdurrahman Al-Nahlawi dsb. Pada ayat di atas Muhammad Rasulullah saw berperan sebagai مربّي / murabbi guru, dan kaum muslimin saat itu berpungsi sebagai متربّي / mutarabbi murid. Yang dilakukan Nabi sebagai guru 3 manhaj yaitu:
1. Manhaj al-Tilawah. Dalam hal ini bermuatan penanaman awal Aqidah dan akhlak. Rasul
mendidik manusia untuk dapat membaca, memahami isi yang dibaca,
mengikuti apa yang ada di dalamnya. Dengan demikian Rasulullah
menjadikan ummat yang pandai, yang dapat menggunakan fikiran, sehingga
dengan kepandaian dan fikirannya mendorong untuk bertauhid, beriman
kepada Allah pemberi kepandaian, serta berakhlak mulia.
2. Manhaj Tazkiyah. Dalam ini bermuatan pembersihan, aqidah, Akhlaq; dan harta. Rasul mendidik manusia untuk bermoral bersih أزكياء
bersikap, berprilaku yang baik . Tidak hanya mendidik manusia supaya
pandai dan berilmu, tapi juga menjadikan manusia yang bersih أزكياء dalam pandangan Allah swt.
3. Manhaj ta’lim Al-Kitab wal hikmah. Dalam
bagian ini bermuatan pengembangan, pembinaan Rasulullah mendidik
manusia agar berkembang, maju, berilmu pengetahuan yang dalam, berbuat
atas suatu pekerjaan berdasarkan kepada ilmu, bukan karena taqlid. Dan
berhujjah dengan hujjah yang kuat, seperti Alquran. Manhaj ta’lim
Al-Sunnah. bermuatan fiqih, analisa istinbath dan aplikasi. Rasul
mengajarkan manusia agar pandai membaca sesuatu, menganalisa, melakukan
telaahan, meneliti, mengambil kesimpulan atas dasar analisa / istinbath,
yang kemudian dari hasil
analisa tersebut dilahirkan dalam bentuk perbuatan sehari-hari yaitu
amal shaleh yang berupa ibadah kepada Allah.
Para pakar pendidikan Barat telah merumuskan hakikat tujuan Pendidikan yaitu,
1. Kognitif yaitu, menumbuhkan dan mengembangkan proses berpikir.
2. Afektif yaitu, pembentukan sikap atau pembentukan kepribadian.
3. Psikomotor yaitu, pembentukan keterampilan.
Jika
konsep tujuan pendidikan tersebut dibandingkan dengan manhaj qur`ani di
atas, hakikatnya yang termuat dalam tujuan pendidikan barat sudah ada
dan telah lama ada dalam manhaj qur`ani. Tujuan pendidikan kognitif
telah termuat dalam manhaj tilawat, tujuan afektif termuat dalam manhaj
tazkiyat, tujuan psikomotor termuat dalam manhaj Ta'lim kitabah dan
manhaj Ta'lim al-hikmat. Namun, dalam manhaj qur`ani mempunyai nilai
lebih pada manhaj tilawat tujuan yang ingin diperoleh tidak hanya
penumbuhan dan pengembangan berpikir, tapi juga bertauhid, beriman.
Dikehendaki dari manhaj ini pemikiran dan kepandaian yang diperoleh itu
mendorong manusia untuk beriman dan bertauhid kepada sang pencipta alam
semesta. Pada manhaj tazkiyat, tujuan yang ingin dicapai tidak hanya
membentuk dan menumbuhkan sikap dan prilaku yang baik, dalam tanda kutip
“sikap yang baik menurut pandangan manusia”, tapi dapat menumbuhkan
sikap, perilaku, akhlak yang terpuji menurut ajaran Allâh swt. Pada
manhaj Ta'lim al-kitab dan al-Hikmat tujuan yang ingin dicapai tidak
hanya membentuk dan melahirkan keterampilan, keahlian dan pekerjaan,
tapi membentuk keterampilan, keahlian, pekerjaan, dan amaliah yang
bertujuan ibadah kepada Allâh swt, untuk bekal dan kebahagiaan kelak di
akhirat. Maka dengan demikian konsep qurâni akan melahirkan
manusia-manusia yang bertauhid, berakhlak, beribadah dan beramal saleh.
Tujuan utamanya duniawi dan ukhrawi untuk mencapai ridla Allâh swt.
Bukan
melahirkan manusia-manusia yang pandai dan terampil, tapi tidak
bertauhid, tidak berakhlak dan tidak beribadah. Dan tujuan utamanya
hanya duniawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar